Beberapa
bulan terakhir kota Watampone nampak berbenah, munculnya taman-taman dibeberapa
sudut kota, lampu-lampu hias yang kerlap kerlip pada malam hari, perhatian pada
kebersihan lingkungan mulalui dengan program jumat bersih menjadikan wajah kota
Watampone berbeda dengan tahun sebelumnya. Bahkan beberapa sudut kota
kebersihannya mulai terjaga dari pagi sampai sore hari. Pemandangan ini tentu tidak sekedar untuk mencapai tujuan
jangka pendek (menyambut Hari Jadi Bone ke-685 dan raihan piala Adipura) tetapi
menjadi langkah pemerintah untuk merealisasikan dari motto Bone Beradat.
Namun
lingkungan yang mulai bersih terkadang dinodai oleh tingkah laku sebagian
masyarakat yang seenaknya mengotorinya dengan membuang sampah sembarangan,
entah dari buangan sampah dari kendaraan lewat atau yang sengaja membuang
sampah bukan pada tempatnya, membuang sampah disekitar kontainer sampah tanpa
ada usaha untuk memasukkan ke kontainer. Padahal yang perlu kita sadari bahwa kota
Watampone yang bersih adalah kebutuhan yang tak ternilai harganya dan bukanlah
pekerjaan yang mudah bagi pahlawan kebersihan kita yang gajinya tidak seimbang
dengan tenaga yang dikeluarkan.
Kondisi
kota Watampone sekarang, mengingatkan saya ketika berada kabupaten Bantaeng sekitar dua tahun lalu. Kabupaten Bantaeng merupakan kabupaten yang
mengalami kemajuan secara signifikan disegala bidang, termasuk kebersihan
kotanya.. Seperti biasanya, ketika saya
berkunjung kesuatu daerah yang pertama saya perhatikan kebersihan
lingkungannya. Apa yang saya lakukan sepertinya hamper sama semua orang bila
berkunjung/berwisata kesuatu tempat, mengingat kebersihan lingkungan menjadi menu pertama dalam tanda
kutip yang mudah dinikmati oleh panca indera
(mata) kita disusul sajian menu-menu berikutnya yang dirasakan oleh penca
indera lainnya yang kita miliki.
Menyusuri
jalan-jalan kota Bantaeng nyaris saya tidak melihat sampah yang berserahkan
apalagi di jalan-jalan protokolnya pandangan mata saya tidak pernah terbentur yang namanya
sampah. Kebersihan kota Bantaeng membuat saya penasaran ingin mengetahui kunci
suksesnya. Akhirnya pun saya bertanya
kepada salah seorang dari salah satu
instansi di Kabupaten Bantaeng yang ikut dalam rombongan kami pada saat
itu. Beliau pun menggambarkan kunci
keberhasilan Pemerintah Daerah Bantaeng dan masyarakatnya salah satunya kesiapan
pasukan kuning hampir dua puluh empat
jam membereskan sampah.
Proses-proses
ini secara konsisten dilakukan setiap hari sehingga masyarakat menikmati
indahnya kebersihan yang akhirnya
sekarang dengan sendirinya masyarakat bantaeng
terbentuk kebiasaan malu untuk membuang sampah disembarang tempat. Nah, yang menjadi pertanyaan adalah apakah
kita masyarakat Bone tidak mampu melakukan hal itu? Jawabannya adalah bisa, walaupun
disadari hal ini bukanlah sebuah pekerjaan mudah dan membutuhkan proses yang
panjang.
Kebersihan,
Iman dan kesehatan
Kabupaten
Bone yang berpenduduk 734.119 pada tahun 2013 dengan mayoritas muslim harusnya menjadi terdepan dalam menggalakkan
kebersihan. Bagi umat islam “Kebersihan
Sebagian dari Iman” adalah sebuah
kalimat yang sering kita dengar , dibaca, ditempel ruang aktifitas atau bahkan sering diucapan. Kebersihan itu bersumber dari iman dan
merupakan bagian dari iman. Dengan demikian kebersihan dalam islam mempunyai
aspek ibadah dan aspek moral. Begitu
pentingnya kebersihan menurut
islam, sehingga orang yang membersihkan diri atau mengusahakan kebersihan akan
dicintai oleh Allah SWT (Lesmana 2014). Begitupun
dengan yang beragama non islam saya kira
kebersihan merupakan bagian penting bagi mereka
Dari sisi kesehatan, kebersihan
adalah upaya dalam rangka mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat dan
nyaman. Kebersihan merupakan syarat bagi
terwujudnya kesehatan, dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat memberikan
kebahagiaan. Sebaliknya, kotor
tidak hanya merusak keindahan tetapi juga dapat menyebabkan timbulnya berbagai
penyakit, dan sakit merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan penderitaan.
Bone Beradat
Motto
Beradat “Bersih, Aman, Damai dan Tentram” dengan kata bersih yang terdepan pada
akronim tersebut menunjukkan bahwa kita ingin mengedepankan dan ingin
menunjukkan masyarakat Bone cintah kebersihan.
Kata beradat bukan sekedar akronim saja tetapi sebuah kata dari kata dasar adat yang menunjukkan karakter masyarakat Bone. Namun yang selama ini yang dilakukan beradat
hanya diaplikasikan pada kehidupan sosial kita yang seharusnya kita juga
beradat pada lingkungan kita. Perlakuan
baik kita terhadap lingkungan merupakan wujud nyata dalam memelihara
kelestarian lingkungan.
Disisi
lain memelihara lingkungan merupakan tanggung jawab kita terhadap amanah dari
Allah SWT, sebagaimana dalam Al-Quran, yakni QS. Al-A’raf (7) 85, yang terjemahannya
…janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang yang beriman. Ayat ini memberi petunjuk bahwa kita
dilarang melakukan hal-hal yang dapat merusak lingkungan, dan justru sebaliknya
menganjurkan manusia berbuat baik atau memelihara lingkungannya.
Budaya Berkesinambungan
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang
pertama mengajarkan sikap untuk selalu hidup bersih disusul dunia pendidikan
kemudian lingkungan kerja (kantor). Bahkan dalam lingkungan pendidikan slogan
“Kebersihan Pangkal Kesehatan dan Kebersihan Sebagian dari Iman” sering
terpampang. Tapi prilaku tersebut kadang hanya bergaung dalam lingkungan keluarga,
sekolah atau kantor saja. Ketika sudah hidup dalam masyarakat, biasanya motto
kebersihan seakan tidak berlaku. Jika berada
dilingkungan yang kumuh atau lingkungan yang banyak bertebaran sampah,
biasanya ikut terjerumus dan jadi pelaku membuang sampah secara sembarangan. Gambaran ini mengindikasikan bahwa kebiasaan
hidup bersih di lingkungan keluarga, sekolah atau kantor akan ditinggalkan
ketika tidak ada kesinambungan antara ketiga lingkungan tersebut dengan
lingkungan luar.
Membangun
budaya hidup bersih memang bukan hal yang mudah, tetapi hal ini bisa dilakukan. Sebagai contoh nyata yang mungkin bisa jadi
perbandingan adalah pertama berjalan
di sebelah kiri yang awalnya tata tertib lalu lintas, sekarang sudah menjadi prilaku
sosial dan menjadi budaya masyarakat Indonesia.
Kedua budaya antri, merupakan
budaya yang belum familiar bagi masyarakat Indonesia namun ketika berada di
bank atau mall dengan sendirinya masyarakat ikut mengantri.
Membangun
kesinambungan budaya hidup bersih antara lingkungan keluarga, pendidikan dan
kantor dengan lingkungan luar/sosial adalah tugas pemerintah dan membudayakan
diri untuk hidup bersih dengan tidak membuang sampah disembarang tempat adalah
tugas kita sebagai masyarakat. Untuk
kota Watampone yang luas, dengan aktivitas penduduk yang tinggi membuat pemerintah butuh kerja ekstra dan
butuh kerjasama dengan banyak pihak untuk mewujudkannya. Program sistem zonasi (kawasan) bebas sampah
secara bertahap untuk membangun budaya tersebut adalah salah satu cara terbaik.
Namun
kebijakan apapun yang diambil oleh pemerintah tidak akan berhasil tanpa
partisipasi aktif dari masyarakat. Oleh
karena itu, membuat komitmen pada hari ini untuk berbudaya hidup bersih dengan
tidak membuang sampah secara sembarangan bukanlah sesuatu yang terlambat. Bahkan akan menjadi kado terbaik untuk Hari Jadi Bone ke-685 dan Earth Day 2015.(Tulisan ini telah terbit di Harian Radar Bone, pada tanggal 4 April 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar